GORONTALO – AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) menggelar Seminar Research Dissemination “Move It 2023”. Seminar ini bertujuan untuk mempromosikan inklusi digital guna meningkatkan akses pendidikan berkualitas dan mudah diakses bagi siswa penyandang disabilitas di Gorontalo.
Sebagai provinsi dengan prevalensi disabilitas tertinggi, Move It 2023 menjadi proyek riset yang menyoroti pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran inklusif di Gorontalo. Seminar ini berlangsung di Auditorium Damhil Hotel Gorontalo pada Selasa (5/3/2024) dan dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk satuan pendidikan, pemerintah, dan mahasiswa.
Latar belakang proyek riset ini adalah adanya kesenjangan akses pendidikan antara penyandang disabilitas dan non-disabilitas di Gorontalo, meskipun aturan tertulis sudah mencantumkan kesetaraan bagi para penyandang disabilitas. Pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas dianggap penting karena menjadi fondasi filosofi pendidikan yang menyeluruh. Proyek penelitian ini berupaya memberikan kesetaraan pendidikan bagi penyandang disabilitas dengan tujuan mendorong peningkatan teknologi digital, sektor pendidikan ekonomi, dan peluang bisnis. Ketua Digital Access Programme British Embassy Jakarta, Rita Damayanti, menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan akses pendidikan berkualitas. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan inisiatif teknologi pendidikan yang efektif, dengan inklusi sebagai kunci untuk mendukung berbagai sektor.
Proyek Inklusi AIDRAN ini didanai oleh pemerintah Australia, dengan tujuan mengeksplorasi bagaimana isu perubahan iklim mempengaruhi penyandang disabilitas. Sampelnya adalah anak-anak penyandang disabilitas di Provinsi Gorontalo yang tersebar di Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato. Sejak tahun 2018, Gorontalo termasuk dalam enam provinsi dengan proporsi disabilitas tertinggi, dan ketiga tertinggi dalam jumlah total penyandang disabilitas. Secara demografis, populasi Gorontalo menampung sekitar 7.000 penyandang disabilitas dengan persentase sekitar 5,4% berusia di bawah 18 tahun. AIDRAN hadir untuk mendorong pemberian hak pendidikan yang setara bagi penyandang disabilitas.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Gorontalo, Rusli Wahjudewey, menyatakan dukungan penuh terhadap data-data penyandang disabilitas, sehingga penelitian yang dilakukan oleh tim AIDRAN dapat terlaksana dengan baik.
“Hari ini kita bisa sama-sama mendengarkan hasil penelitian dalam bentuk diseminasi yang dipaparkan, dan mendengar data-data yang didapatkan di lapangan,” ujarnya.
Wakil Rektor IV, Dr. Harto S. Malik, M.Hum., menyampaikan bahwa civitas academica UNG sangat mendukung program penelitian AIDRAN. Menurutnya, dukungan ini terlihat dari pembukaan program studi terkait inklusi di Fakultas Ilmu Pendidikan UNG.
“UNG juga memberi perhatian pada layanan untuk mahasiswa difabel, serta memberikan fasilitas bantuan berupa aplikasi bagi para penyandang disabilitas,” kata Harto.
Penelitian AIDRAN ini mengkaji aksesibilitas website di 45 sekolah di Gorontalo dengan metode observasi otomatis dan manual. Para peneliti lokal Gorontalo serta peneliti AIDRAN menyimpulkan bahwa dukungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan inklusif dapat dilakukan dengan kebijakan pendidikan inklusi, pendanaan, akses internet, peningkatan kapasitas, dan komunikasi. Mereka menekankan bahwa aksesibilitas teknologi digital perlu ditingkatkan untuk mendukung pembelajaran inklusif bagi siswa penyandang disabilitas.