Gorontalo — Unit kegiatan pecinta alam Fakultas Hukum Universitas Negeri Gorontalo, Mapala Reksa Wana, kembali menggelar kegiatan diskusi rutin bertajuk REKSA (Ruang Edukasi dan Kajian Seputar Alam) dengan tema “Membaca Krisis Lingkungan dalam Perspektif Ekofeminisme”. Diskusi ini dilaksanakan pada Rabu, 22 Oktober 2025, pukul 15.30 WITA bertempat di Sekretariat Mapala Reksa Wana.

Kegiatan ini menghadirkan Rahmat Mokodompit sebagai narasumber utama, yang mengulas hubungan antara krisis lingkungan dan ketimpangan gender melalui pendekatan ekofeminisme. Menurutnya, kerusakan lingkungan tidak hanya lahir dari eksploitasi alam secara ekonomi, tetapi juga berkaitan erat dengan struktur sosial patriarkal yang menempatkan manusia—khususnya laki-laki—sebagai penguasa atas alam. Perspektif ekofeminisme, kata Rahmat, mengajarkan kesadaran ekologis yang berpihak pada keadilan, kesetaraan, dan keberlanjutan hidup.

Melalui kegiatan ini, Mapala Reksa Wana berupaya memperluas ruang refleksi bagi mahasiswa hukum untuk memahami isu lingkungan tidak hanya dari sisi normatif, tetapi juga dari perspektif sosial dan etis yang lebih mendalam. Diskusi juga menyoroti pentingnya keterlibatan perempuan dalam gerakan penyelamatan lingkungan, baik sebagai pengambil keputusan maupun pelaku perubahan di tingkat komunitas.

Kegiatan REKSA kali ini terselenggara atas kerja sama antara Mapala Reksa Wana Fakultas Hukum UNG dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Cabang Gorontalo. Kolaborasi ini menjadi bukti komitmen bersama untuk menghadirkan ruang belajar kritis lintas disiplin dan memperkuat kesadaran ekologis di kalangan mahasiswa.

Mapala Reksa Wana melalui program REKSA berkomitmen menjadikan diskusi tematik seputar isu lingkungan sebagai agenda berkelanjutan. Pendekatan edukatif ini diharapkan dapat menumbuhkan tradisi intelektual hijau di lingkungan kampus, sekaligus meneguhkan posisi Fakultas Hukum UNG sebagai ruang akademik yang peduli terhadap isu keadilan ekologis dan keberlanjutan hidup.